Harga Emas Masih Mengalami Penguatan

Harga Emas Masih Mengalami Penguatan

Harga Emas Pada awal Tahun 2016, Harga Emas mengalami penguatan tipis setelah insiden ketegangan di Timur tengah yang melibatkan Arab Saudi dan negara tetangganya Iran. Bukan hanya itu, ekonomi global juga mempunyai kekhawatiran atas pertumbuhan perdagangan China yang kini sedang mengalami masalah. Untuk itu, Ivestor pun mencari instrumen yang dapat digunakan untuk melindungi nilai investasi mereka.

Pada hari ini, Rabu (6/1/2016) tercatat jika Harga Emas berjangka ditutup naik sekitar 0,3 persen menjadi USD 1.078,40 per ons di Divisi Comex New York Mercantile Exchange. Jumlah tersebut menguat 1.4 persen dari yang telah dibukukan pada sehari sebelumnya.

Harga Emas tersebut ternyata juga diuntungkan dengan volatilitas pasar saham global. Terutamanya adalah pasar saham Amerika Serikat (AS) yang bergerak naik turun tidak beraturan, serta pasar saham Asia yang memang bergerak dengan ritme yang tidak seirama.

Seperti yang diketahui jika ada dua pendapat besar yang ternyata ikut mendorong penguatan Harga Emas yang kini tengah berlangsung tersebut. pandanga yang pertama, ialah langkah Bank Sentral China yang kin sedang mengusahakan untuk mencoba menstabilkan pasar saham dengan mengucurkan dana senilai USD 20 Miliar dana untuk jangka pendek ke dalam sistem keuangan.

Serta sentimen yang kedua, adalah dampak dari pelaksanaan eksekusi yang dilakukan negara Arab Saudi terhadap seorang ulama Syiah. Hal tersebutlah yang akhirnya memicu reaksi ketegangan yang menyelimuti kubu negara Iran di Timur Tengah. Bukan hanya itu, insiden tersebut ternyata juga membuat beberapa negara lainnya juga ikut menarik duta besar mereka dari Taheran.

Baca Juga : http://smeaker.com/nasional/9026/inilah-dp-bbm-buat-kamu-yang-memang-nasionalis-peringati-hari-pahlawan-10-november/

Harga Emas Masih Mengalami Penguatan

Terpantau, tepatnya pada hari Senin lalu bursa saham di China mengalami penurunan yang cukup besar yakni mencapai angka 7 persen. Hal tersebut juga ditambah lagi dengan dorongan data ekonomi yang ada kian memburuk. Data manufaktur China yang pada awal mulanya di level 48,6 pada bulan November turun kembali menjadi 48,2 pada bulan Desember 2015. Angka yang masih berada di bawah 50 tersebut secara tidak langsung menunjukkan kontraksi ekonomi yang kini tengah terjadi.

Akan tetapi, penurunan tersebut teranyata masih bisa ditanggulangi sementara oleh otoritas dengan cara menanamkan dana hingga mencapai nominal sekitar USD 20 Miliar. Dan terbukti, hal tersebut cukup sanggup untuk menenangkan pasar yang tengah dalam kondisi tidak stabil.

Ted Sloup sebagai senior market strategi di Chicago brokerage iiTrader menuturkan, dengan berbagai sentimen yang mendorong Harga Emas untuk melanjutkan reli. Semua melihat jika ke depannya Harga Emas akan Bullish. Namun, hal yang harusnya menjadi perhatian adalah tentang seberapa tinggi serta sampai kapan harga tersebut bisa bertahan.

Sementara itu, tanggapan lainnya juga muncul dari Commodities research analyst di Julius Baer, Carsten Menke yang mengatakan. Hingga saat ini, pelaku pasar sedang banyak memburu aset-aset safe haven yang salah satunya adalah Emas tersebut. Hal tersebutlah yang akhirnya menjadi faktor utama yang mendorong kenaikan harga logam mulia.

Tren Harga Emas sendiri itupun masih tertekan jika level resistance dapat ditembus USD 1.080 secara teknikal. Selain Harga Emas yang tertekan tersebut, harga tembaga pun dipastikan juga akan terkena dampaknya. Tercatat, harga tembaga juga ikut melemah 2.6 persen sehingga menjadi USD 2.0795 per pons. Harga-harga yang tertekan tersebut adalah merupakan dampak dari data manufaktur China yang kini diketahui sedang melemah.

0 komentar:

Posting Komentar